Minggu, 25 Agustus 2013


Pesawat PT DI Made in Bandung Laris di Asia dan Afrika

Feby Dwi Sutianto - detikfinance
Senin, 15/07/2013 13:58 WIB

http://images.detik.com/content/2013/07/15/1036/140118_ptdi.jpeg
Jakarta - Produsen pesawat pelat merah, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) berhasil memproduksi berbagai tipe pesawat dan helikopter.

Pesawat yang dirakit dan diproduksi di markas PT DI di Bandung Jawa Barat ini, ternyata telah digunakan di banyak negara. Antara lain negara di Asia dan Afrika seperti Korea Selatan, Thailand, Pakistan, Senegal hingga Malaysia.

Hal ini disampaikan oleh Manajer Komunikasi Dirgantara Indonesia, Sonny S Ibrahim kepada detikFinance, Senin (15/7/2013).

"1 pesawat CN235 ke Brunai, 8 pesawat CN235 ke Malaysia, 2 pesawat CN235 ke Thailand, 5 pesawat NC212 ke Thailand, 12 pesawat CN235 ke Korsel, 4 pesawat CN235 ke Pakistan, 7 pesawat CN235 ke UEA, 1 pesawat CN 235 Senegal, 1 CN235 ke salah satu negara Afrika," ucap Sonny kepada detikFinance, Senin (15/7/2013).

Selain pesawat tipe CN235 dan NC212, PT DI telah mengirimkan 1 unit helikopter tipe Super Puma ke Malaysia. Pesawat dan helikopter tersebut,telah dikirimkan dan digunakan oleh negara pemesan.

"Semua sudah dikirim dan dioperasikan," terangnya.

Pada kesempatan itu, Sonny menambahkan beberapa negara ASEAN tengah menjajaki pembelian pesawat generasi terbaru CN295. Pesawat yang dibandrol US$ 39 juta per unit ini, telah digunakan oleh TNI AU.

"CN 295 sudah dipesan TNI. Beberapa negara ASEAN juga sudah menaruh minat. Mungkin lagi tahap akhir kontrak," jelasnya.
Tahun 2013 ini, PT DI berencana mengirimkan 1 unit pesawat NC212-400 ke Thailand. Pesawat ini sendiri dibandrol seharga US$ 7,3 juta per unit dan versi militer dilepas US$ 7,8 juta per unit.


ANALISIS :

Saya sangat senang bisa membaca artikel ini. Saya merasa bangga terhadap Indonesia. Ternyata Indonesia mampu menunjukkan dirinya dalam industri pesawat terbang. Walaupun tidak semuanya asli produk Indonesia, namun secara keseluruhan komponen buatan Indonesia adalah yang mendominasi struktur dari pesawat CN ini.

Saya juga membaca artikel lain, ternyata pada tahun 90'an indonesia juga telah membuat pesawat sendiri dibawah naungan IPTN yang diprakarsai oleh Prof.Habibie. Namun sayang, pada tahun-tahun tersebut Indonesia sedang mengalami krisis. Sehingga indonesia harus meminjam dana dari IMF yang salah satu syaratnya adalah menutup segala kegiatan produksi IPTN. Saya yakin negara-negara lain terkejut saat mengetahui Indonesia bisa membuat pesawat sendiri, sehingga mereka menghambatnya agar tidak berkembang.

Namun masa lalu sudah tidak penting lagi. Yang penting adalah fokus pada proses yang sedang kita alami. Indonesia harus terus fokus dalam mengembangkan teknologi kedirgantaraannya. Saya yakin PT DI akan semakin berkembang dan lama kelamaan akan dapat bersaing dengan armada keluaran Boeing ataupun Airbus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar